Saturday, December 5, 2015

Teknik Budidaya Karet Alam

TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN KARET

A.      Syarat Tumbuh Tanaman Karet
            Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya.

a. Iklim
            Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat.

Ø  Curah hujan
            Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000   mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun  demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang.
Ø  Ketinggian tempat
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 25̊  C sampai 35̊ C.
Ø  Angin
           Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet.

b. Tanah
            Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya.
            Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah.
            Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. Sifatsifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :
Ø  Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batubatuan dan lapisan cadas
Ø  Aerase dan drainase cukup
Ø  Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
Ø  Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
Ø  Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm
Ø  Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
Ø  Reaksi tanah dengan pH 4,5 pH 6,5
Ø  Kemiringan tanah < 16% dan
Ø  Permukaan air tanah < 100 cm.


B.       Klon-Klon Karet Rekomendasi
            Harga karet alam yang membaik saat ini harus dijadikan momentum yang mampu mendorong percepatan pembenahan dan peremajaan karet yang kurang produktif dengan menggunakan klonklon unggul dan perbaikan teknologi budidaya lainnya. Pemerintah telah menetapkan sasaran pengembangan produksi karet alam Indonesia sebesar 3 4 juta ton/tahun pada tahun 2025. Sasaran produksi tersebut hanya dapat dicapai apabila minimal 85% areal kebun karet (rakyat) yang saat ini kurang produktif berhasil diremajakan dengan
menggunakan klon karet unggul.
            Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia telah banyak menghasilkan klon-klon karet unggul sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet 2005, telah direkomendasikan klonklon unggul baru generasi4 untuk periode tahun 2006 – 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 104, IRR 112, dan IRR 118. Klon IRR 42 dan IRR 112 akan diajukan pelepasannya sedangkan klon IRR lainnya sudah dilepas secara resmi. Klonklon tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifatsifat sekunder lainnya. Oleh karena itu pengguna harus memilih dengan cermat klonklon yang sesuai agroekologi wilayah pengembangan dan jenisjenis produk karet yang akan dihasilkan.


            Klonklon lama yang sudah dilepas yaitu GT 1, AVROS 2037, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, RRIC 100 masih memungkinkan untuk dikembangkan, tetapi harus dilakukan secara hatihati baik dalam penempatan lokasi maupun sistem pengelolaannya. Klon GT 1 dan RRIM 600 di berbagai lokasi dilaporkan mengalami gangguan penyakit daun Colletotrichum dan Corynespora. Sedangkan klon BPM 1, PR 255, PR 261 memiliki masalah dengan mutu lateks sehingga pemanfaatan lateksnya terbatas hanya cocok untuk jenis produk karet tertentu. Klon PB 260 sangat peka terhadap kekeringan alur sadap dan gangguan angin dan kemarau panjang, karena itu pengelolaanya harus dilakukan secara tepat.

C.      Bahan Tanam / Bibit
            

            Hal yang paling penting dalam penanaman karet adalah bibit/bahan tanam, dalam hal ini bahan tanam yang baik adalah yang berasal dari tanaman karet okulasi. Persiapan bahan tanam dilakuka paling tidak 1,5 tahun sebelum penanaman. Dalam hal bahan tanam ada tiga komponen yang perlu disiapkan, yaitu: batang bawah (rootstoct), entres/batang atas (budwood), dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan tanam.
            Persiapan batang bawah merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh bahan tanam yang mempunyai perakaran kuat dan daya serap hara yang baik. Untuk mencapai kondisi tersebut, diperlukan pembangunan pembibitan batang bawah yang memenuhi syarat teknis yang mencakup persiapan tanah pembibitan, penanganan benih, perkecambahan, penanaman kecambah, serta usaha pemeliharaan tanaman di pembibitan.
             Untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik diperlukan entres yang baik. Pada dasarnya mata okulasi dapat diambil dari dua sumber, yaitu berupa entres cabang dari kebun produksi atau entres dari kebun entres. Dari dua macam sumber mata okulasi ini sebaiknya dipilih entres dari kebun entres murni, karena entres cabang akan menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya tidak seragam dan keberhasilan okulasinya rendah.            
            Okulasi merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan menempelkan mata entres dari satu tanaman ke tanaman sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat yang unggul. Dari hasil okulasi akan diperoleh bahan tanam karet unggul berupa stum mata tidur, stum mini, bibit dalam polibeg, atau stum tinggi. Untuk tanaman karet, mata entres ini yang merupakan bagian atas dari tanaman dan dicirikan oleh klon yang digunakan sebagai batang atasnya.
            Penanaman bibit tanaman karet harus tepat waktu untuk menghindari tingginya angka kematian di lapang. Waktu tanam yang sesuai adalah pada musim hujan. Selain itu perlu disiapkan tenaga kerja untuk kegiatankegiatan untuk pembuatan lubang tanam, pembongkaran, pengangkutan, dan penanaman bibit. Bibit yang sudah dibongkar sebaiknya segera ditanam dan tenggang waktu yang diperbolehkan paling lambat satu malam setelah pembongkaran.

D.      Persiapan Tanam dan Penanaman
            Dalam pelaksanaan penanaman tanaman karet diperlukan berbagai langkah yang dilakukan secara sistematis mulai dari pembukaan lahan sampai dengan penanaman.
a. Pembukaan lahan (Land Clearing)
            Lahan tempat tumbuh tanaman karet harus bersih dari sisasisa tumbuhan hasil tebas tebang, sehingga jadwal pembukaan lahan harus disesuaikan dengan jadwal penanaman. Kegiatan pembukaan lahan ini meliputi :
(a) pembabatan semak belukar
(b) penebangan pohon
(c) perecanaan dan pemangkasan
(d) pendongkelan akar kayu
(e) penumpukan dan pembersihan.
             Seiring dengan pembukaan lahan ini dilakukan penataan lahan dalam blokblok, penataan jalanjalan kebun, dan penataan saluran drainase dalam perkebunan.

Ø    Penataan blokblok.
            Lahan kebun dipetakpetak menurut satuan terkecil dan ditata ke dalam blokblok berukuran 10 20 ha, setiap beberapa blok disatukan menjadi satu hamparan yang mempunyai waktu tanam yang relatif sama.
Ø    Penataan Jalanjalan
            Jaringan jalan harus ditata dan dilaksanakan pada waktu pembangunan tanaman baru (tahun 0) dan dikaitkan dengan penataan lahan ke dalam blokblok tanaman. Pembangunan jalan di areal datar dan berbukit dengan pedoman dapat menjangkau setiap areal terkecil, dengan jarak pikul maksimal sejauh 200 m. Sedapatkan mungkin seluruh jaringan ditumpukkan/disambungkan, sehingga secara keseluruhan merupakan suatu pola jaringan jalan yang efektif. Lebar jalan disesuaikan   dengan jenis/kelas jalan dan alat angkut yang akan digunakan.
Ø    Penataan Saluran Drainase
            Setelah pemancangan jarak tanam selesai, maka pembuatan dan penataan saluran   drainase (field drain) dilaksanakan. Luas penampang disesuaikan dengan curah hujan pada satuan waktu tertentu, dan mempertimbangkan faktor peresapan dan penguapan. Seluruh kelebihan air pada field drain dialirkan pada paritparit penampungan untuk selanjutnya dialirkan ke saluran pembuangan (outlet drain).
b. Persiapan Lahan Penanaman
            Dalam mempersiapkan lahan pertanaman karet juga diperlukan pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara sistematis dapat menjamin kualitas lahan yang sesuai dengan persyaratan. Beberapa diantara langkah tersebut antara lain :
Ø    Pemberantasan Alang-alang dan Gulma lainnya
            Pada lahan yang telah selesai tebas tebang dan lahan lain yang mempunyai vegetasi alang-alang, dilakukan pemberantasan alangalang dengan menggunakan bahan kimia antara lain Roundup, Scoup, Dowpon atau Dalapon. Kegiatan ini kemudian diikuti dengan pemberantasan gulma lainnya, baik secara kimia maupun secara mekanis.      
Ø    Pengolahan Tanah
            Dengan tujuan efisiensi biaya, pengolahan lahan untuk pertanaman karet dapat dilaksanakan dengan sistem minimum tillage, yakni dengan membuat larikan antara barisan satu meter dengan cara mencangkul selebar 20 cm. Namun demikian pengolahan tanah secara mekanis untuk lahan tertentu dapat dipertimbangkan dengan tetap menjaga kelestarian dan kesuburan tanah.
Ø    Pembuatan teras/Petakan dan Benteng/Piket
            Pada areal lahan yang memiliki kemiringan lebih dari 50 diperlukan pembuatan teras/petakan dengan sistem kontur dan kemiringan ke dalam sekitar 150. Hal ini dimaksudkan untuk menghambat kemungkinan terjadi erosi oleh air hujan. Lebar teras berkisar antara 1,25 sampai 1,50 cm, tergantung pada derajat kemiringan lahan. Untuk setiap 6 10 pohon (tergantung derajat kemiringan tanah) dibuat benteng/piket dengan tujuan mencegah erosi pada permukaan petakan.
Ø    Pengajiran
            Pada dasarnya pemancangan air adalah untuk menerai tempat lubang tanaman dengan ketentuan jarak tanaman sebagai berikut :

a)      Pada areal lahan yang relatif datar / landai (kemiringan antara 00 80) jarak tanam adalah 7 m x 3 m (= 476 lubang/hektar) berbentuk barisan lurus mengikuti arah Timur Barat berjarak 7 m dan arah Utara Selatan berjarak 3m.
b)      Pada areal lahan bergelombang atau berbukit (kemiringan 8% 15%) jarak tanam 8 m x 2, 5 m (=500 lubang/ha) pada terasteras yang diatur bersambung setiap 1,25 m (penanaman secara kontur.
c)      Bahan ajir dapat menggunakan potongan bambu tipis dengan ukuran 20 cm – 30 cm. Pada setiap titik pemancangan ajir tersebut merupakan tempat penggalian lubang untuk tanaman.


Ø    Pembuatan Lubang Tanam
            Ukuran lubang untuk tanaman dibuat 60 cm x 60 cm bagian atas , dan 40 cm x 40 cm bagian dasar dengan kedalaman 60 cm. Pada waktu melubang, tanah bagian atas (top soil) diletakkan di sebelah kiri dan tanah bagian bawah (sub soil) diletakkan di sebelah kanan. Lubang tanaman dibiarkan selama 1 bulan sebelum bibit karet ditanam.
Ø    Penanaman Kacangan Penutup Tanah (Legume cover crops = LCC)
            Penanaman kacangan penutup tanah ini dilakukan sebelum bibit karet mulai ditanam dengan tujuan untuk menghindari kemungkinan erosi, memperbaiki struktur fisik dan kimia tanah, mengurangi pengupan air, serta untuk membatasi pertumbuhan gulma.
          Komposisi LCC untuk setiap hektar lahan adalah 4 kg. Pueraria javanica, 6 kg  Colopogonium mucunoides, dan 4 kg Centrosema pubescens, yang dicampur ke dalam 5 kg Rock Phosphate (RP) sebagai media. Selain itu juga dianjurkan untuk menyisipkan Colopogonium caerulem yang tahan naungan (shade resistence) ex biji atau ex steck dalam polibag kecil sebanyak 1.000 bibit/ha. Tanaman kacangan dipelihara dengan melakukan penyiangan, dan pemupukan dengan 200 kg RP per hektar, dengan cara menyebar rata di atas tanaman kacangan.
c. Seleksi dan Penanaman Bibit
Ø    Seleksi bibit
Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu dilakukan seleksi bibit untuk  memperoleh bahan tanam yang memeliki sifat-sifat umum yang baik  antara lain : berproduksi tinggi, responsif terhadap stimulasi hasil,  resitensi terhadap serangan hama dan penyakit daun dan kulit, serta  pemulihan luka kulit yang baik. Beberapa syarat yang harus dipenuhi bibit siap tanam adalah antara lain :
1.      Bibit karet di polybag yang sudah berpayung dua.
2.      Mata okulasi benar-benar baik dan telah mulai bertunas
3.      Akar tunggang tumbuh baik dan mempunyai akar lateral
4.      Bebas dari penyakit jamur akar (Jamur Akar Putih).


Ø    Kebutuhan bibit
            Dengan jarak tanam 7 m x 3 m (untuk tanah landai), diperlukan bibit tanaman karet untuk penanaman sebanyak 476 bibit, dan cadangan untuk penyulaman sebanyak 47 (10%) sehingga untuk setiap hektar kebun diperlukan sebanyak 523 batang bibit karet.
Ø    Penanaman
            Pada umumnya penanaman karet di lapangan dilaksanakan pada musim yakni antara bulan September sampai Desember dimana curah hujan sudah cukup banyak, dan hari hujan telah lebih dari 100 hari. Pada saat penanaman, tanah penutup lubang dipergunakan top soil yang telah dicampur dengan pupuk RP 100 gram per lubang, disamping pemupukan dengan urea 50 gram dan SP - 36 sebesar 100 gram sebagai pupuk dasar.

E.       Pemeliharaan Tanaman
        Pemeliharaan yang umum dilakukan pada perkebunan tanaman karet meliputi : pengendalian gulma, pemupukan dan pemberantasan penyakit tanaman.
Ø    Pengendalian gulma
Areal pertanaman karet, baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alangalang, Mekania, Eupatorium, dll sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Untuk mencapai hal tersebut, penyiangan pada tahun pertama dilakukan berdasarkan umur tanaman seperti berikut:
Ø    Pemupukan
Lakukan pemupukan secara intensif pada tanaman baik pada kebun
persemaian, kebun okulasi maupun kebun produksi, dengan menggunakan
pupuk urea, TSP, dan KCL. Dosis pupuk disesuaikan dengan keadaan/jenis tanah.
Ø    Pemberantasan OPT
            Hama-hama penting yang sering menyerang karet yaitu:
a)         Pseudococcuscitri
Pengendaliannnya dengan menggunakan insektisida jenis Metamidofos, dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 0,05 -0,1%.
b)        Kutu Lak (Laeciper greeni) Dapat diberantas dengan insektisida Albolinium (Konsentrasi2%) ditambah Surfactan citrowett 0,025%.

            Penyakit-penyakit yang ditemui pada tanaman karet  adalah:
a)         Penyakitembun tepung, penyakit daun, penyakit jamur upas, penyakit cendawan akar putih-dan penyakit gugur daun. Pencegahannya dengan menanam Klon yang sesuai dengan lingkungan dan lakukan pengelolaan, tanaman secara tepat dan teratur.
b)        Jamur akar putih disebabkan oleh Rigidiporus micropus yang menyerang akar tunggang maupun akar laterar. Penyakit ini dapat mengakibatkan kematian tanaman karet  yang berumur 2-4 tahun.  Cara pencegahannya adalah dengan membuang sisa tunggul tanaman terdahulu dengan cara pembongkaran, atau peracunan dengan arborisida berbahan aktif Triklopir. Sedangkan pengendalian jamur akar putih  dengan mengoles, menyiram atau menaburi tanaman sakit dengan fungisida yang direkomendasikan. (-fz,sst)
                       
F.       Penyadapan / Panen


Penyadapan pertama dilakukan setelah tanaman berumur 5-6 tahun. Tinggi bukaan sadap pertama 130 cm dan bukaan sadap kedua 280 cm diatas pertautan okulasi. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyadapan antara lain:
Ø    Pembukaan bidang sadap dimulai dari kiri atas kekanan bawah, membentuk sudut 300.
Ø    Tebal irisan sadap dianjurkan 1,5 - 2 mm
Ø    Dalamnya irisan sadap 1-1,5 mm.
Ø    Waktu penyadapan yang baik adalah jam 5.00 - 7.30 pagi.
            Inovasi teknologi tanaman pangan sebagai tanaman sela pada masa tanaman karet belum menghasilkan (TBM) dapat diterapkan. Pola tanam tanaman pangan disesuaikan dengan kondisi iklim atau curah hujan, yaitu padi - jagung – kedelai atau kacang tanah – kacang tunggak atau kacang uci. Tanaman pangan ditanam berjarak 1 m dari barisan karet, sedangkan tanaman karet ditanam dengan jarak 6 m x 3 m.
            Manfaat inovasi ini adalah: bagi perkebunan rakyat, penerapan pola tanaman sela ini akan meningkatkan intensitas pemeliharaan kebun, Tanaman sela ditanam pada lahan gawangan sepanjang tahun, sehingga dapat pula berfungsi sebagai tanam penutup tanah untuk mengendalikan erosi dan pertumbuhan gulma, Memberikan pendapatan petani pada masa TBM, dan Memperbaiki struktur tanah. Untuk mengoptimalkan pendapatan usaha perkebunan karet, telah ditemukan beberapa klon karet yang unggul dalam menghasilkan lateks dan kayu.


Sumber : http://perikecil217.blogspot.co.id/2012/12/makalah-budidaya-karet_30.html

0 comments: