Laporan Praktikum Sistem Peramalan
Hama dan Penyakit
PENGARUH BENTUK MATERIAL JAGUNG
TERHADAP
PERKEMBANGAN SITOPHILUS SP
Oleh :
KELOMPOK 4
HENGKI HERMAWAN (1205101050067)
MUHAMMAD FAZIL (1105101050101)
ARIANTO (1205101050062)
HENDRA SAPUTRA (1105101050011)
ANDI ARIS MUHIDIN (1205101050052)
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM,
BANDA ACEH
2014
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses
penyimpanan merupakan tahap pasca panen yang penting. Pada tahap ini akan
mengalami perubahan kualitas dan kuantitas yang dipengaruhi oleh fasilitas
penyimpanan serta hama gudang. Hama adalah organisme yang berbentuk hewan
yang mengganggu atau merusak tanaman, hewan atau benda yang kita miliki secara
ekonomis salah satunya adalah hama gudang.
Hama gudang
mempunyai sifat yang khusus yang berlainan dengan hama-hama yang menyerang
dilapangan, hal ini sangat berkaitan dengan ruang lingkup hidupnya yang
terbatas yang tentunya memberikan pengaruh faktor luar yang terbatas pula.
Walaupun hama gudang (produk dalam simpanan) ini hidupnya dalam ruang lingkup
yang terbatas, karena ternyata tidak sedikit pula jenis dan spesiesnya, yang
masing-masing memiliki sifat sendiri, klasifikasi atau penggolongan hama yang
menyerang produk dalam gudang untuk lebih mengenalnya dan lebih mudah
mempelajarinya telah dilakukan oleh para ahli taksonomi.
Yang
dimaksud dengan klasifikasi atau penggolongan ialah pengaturan individu dalam
kelompok, penyusunan kelompok dalam suatu sistem, data individu dan kelompok
menentukan hama itu dalam sistem tersebut. Letak hama hama dalam sistem
sudah memperlihatkan sifatnya. Umumnya hama gudang yang sering dijumpai
adalah dari golongan Coleoptera, misalnya Tribolium
castaneum, Sitophilus oryzae, Callocobruchus sp, Sitophilus
sp, dll.
Produk
pasca penen merupakan bagian tanaman yang dipanen dengan berbagai tujuan
terutama untuk memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi petani maupun
konsumen. Produk dalam simpanan ini tidak terlepas dari masalah organisme
pengganggu tumbuhan terutama dari golongan serangga hama. Hama yang
menyerang komoditas simpanan (hama gudang) mempunyai sifat khusus yang
berlainan dengan hama yang menyerang tanaman ketika dilapangan. Menyerang
produk yang baru saja dipanen melainkan juga produk industri hasil pertanian.
Produk tanaman yang disimpan dalam gudang yang sering terserang hama tidak
hanya terbatas Hama yang terdapat dalam gudang tidak hanya pada produk
biji-bijian saja melainkan produk yang berupa daun-daunan (teh, kumis kucing,
dan lain sebagainya) dan kayu-kayuan atau kulit kayu misalnya kayu manis, kulit
kina, dan lainnya (Wagianto, 2008).
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Praktikum Sistem Peramalan Hama dan
Penyakit tentang Hama Gudang yaitu untuk mengetahui tingkat perkembangbiakan
hama gudang serta pengaruh kehilangan hasil yang dialami oleh berbagai jenis
produk mentah jagung.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kumbang Jagung (Sitophilus
zeamays)
2.1.1 Ciri morfologi
Morfologi
Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) memiliki panjang 2,5-4,5 mm,
berwarna coklat, moncong sempit dan panjang, mempunyai antena, larvanya putih
dan gemuk dan tidak berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir
jagung. Kumbang muda berwarna coklat agak kemerahan, yang tua berwarna hitam.
Terdapat bercak kuning agak kemerah-merahan pada sayap bagian depan. Pada
sayap kiri dan kanan terdapat dua bercak. Panjang tubuh kumbang dewasa
sekitar 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya (Naynienay, 2008).
2.1.2 Sistematika
Klasifikasi
Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) menurut (Udha, 2008). yaitu :
Kingdom : Animalia,
Filum : Arthropoda,
Kelas : Insecta,
Ordo : Coleoptera,
Famili : Curculionidae,
Genus : Sitophilus,
Spesies : (Sitophilus
zeamays)
2.1.3 Gejala serangan
Kumbang
Jagung (Sitophilus zeamays) menyerang pada tanaman jagung yang
mengakibatkan butir-butir jagung menjadi lubang. Ukuran lubang yang
diakibatkan lebih besar dari pada gejala serangan pada beras, jagung yang
terserang menjadi mudah pecah dan remuk, sehingga kualitas jagung menurun
karena bercampur dengan air liur hama (Anonim, 2008).
2.1.4 Pengendalian
Cara pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara pengeringan bahan
yang sempurnah, melakukan pengamasan yang baik, pemberian tablet khusus
misalnya phastoksin. Kemudian melakukan fumigasi yang tentunya akan
menimbulkan resiko yang sangat besar (Anonim, 2005).
III.
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan
Waktu
Praktikum Sistem
Peramalan Hama Dan Penyakit tentang pengaruh hama gudang terhadap pengurangan
hasil produksi dilaksanakan di Laboratorium Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas
Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh, dan dilaksanakan
pada hari Rabu, tanggal 5 maret sampai 16 April 2014.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
Ø
Toples
Ø
Karet gelang
Ø
Kain kasa/saringan
Ø
Ayakan
Ø
Kuas
Ø
Trays/nampan
Ø
timbangan
3.2.2
Bahan
Ø
Kumbang
Jagung (Sitophilus zeamays)
Ø
Jagung
utuh, jagung pecah dan tepung jagung
3.3 Cara Kerja
1.
Timbang
masing – masing bahan (Jagung utuh, jagung pecah dan tepung jagung) sebanyak
100 gram dengan 2 kali ulangan.
2.
Pisahkan
kumbang jagung (Sitophilus zeamays) sebanyak 10 pada masing – masing perlakuan.
3.
Siapkan
toples sebanyak 6 buah untuk 3 perlakuan dengan 2 kali ulangan.
4.
Masukkan
macam – macam jenis jagung tersebut kedalam masing – masing toples.
5.
Kemudian
masukkan pula kumbang jagung sebanyak 10 ekor pada masing – masing toples.
6.
Lakukanlah
pengamatan pada minggu ke 3 sampai minggu ke 6.
7.
Hitung
jumlah sitophilus pada setiap kali pengamatan dan catat berapa jumlahnya.
8.
Pada
pengamatan terakhir, dilihat berapa ekor jumlah sitophilus yang masih berada
didalam toples dan timbang jumlah jenis – jenis jagung tersebut, sehingga kita
dapat mengetahui berapa jumlah kehilangan yang diakubatkan oleh hama gudang
tersebut.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil pengamatan
selama 4 minggu sebagai berikut :
4.1.1 Tabel
Hasil Pengamatan Kehilangan Berat Bahan Simpanan
No
|
Perlakuan
|
Hari/Tanggal
|
Berat
Awal
|
Berat
Akhir
|
Susut
|
1.
|
Jagung
utuh
|
Rabu, 16
April 2014
|
100gr
|
96gr
|
4%
|
2.
|
Jagung
utuh
|
Rabu, 16
April 2014
|
100gr
|
96gr
|
4%
|
3.
|
Jagung
pecah
|
Rabu, 16
April 2014
|
100gr
|
97gr
|
3%
|
4
|
Jagung
pecah
|
Rabu, 16
April 2014
|
100gr
|
8gr
|
2%
|
5
|
Tepung
jagung
|
Rabu, 16
April 2014
|
100gr
|
98gr
|
2%
|
6
|
Tepung
jagung
|
Rabu, 16
April 2014
|
100gr
|
99gr
|
1%
|
4.1.2 Tabel
Pengamatan Perkembangan Sitophilus SP
No
|
Perlakuan
jagung
|
Minggu III
|
Minggu IV
|
Minggu V
|
Minggu VI
|
||||
hidup
|
mati
|
hidup
|
mati
|
hidup
|
mati
|
hidup
|
mati
|
||
1
|
Utuh
|
34
|
3
|
29
|
5
|
40
|
1
|
45
|
6
|
2
|
Utuh 1
|
26
|
1
|
28
|
1
|
35
|
3
|
44
|
5
|
3
|
Pecah
|
12
|
2
|
11
|
1
|
15
|
1
|
20
|
1
|
4
|
Pecah 1
|
13
|
2
|
10
|
3
|
17
|
3
|
23
|
1
|
5
|
Tepung
|
15
|
0
|
30
|
1
|
33
|
4
|
38
|
2
|
6
|
Tepung 1
|
20
|
0
|
35
|
2
|
39
|
5
|
31
|
3
|
4.2 Pembahasan
Dari praktikum yang telah
dilaksanakan telah diketahui bahwa pada perlakuan jagung utuh, terdapat
kehilangan berat jagung yang lebih banyak dibandingkan dengan jenis material
jagung yang lain, pada tabel diketahui bahwa kehilangan berat jagung utuh yang
mula – mula memiliki berat 100 gram pada akhir praktikum memiliki berat menjadi
96 gram, pada ulangan juga terdapat berat kehilangan yang sama, artinya
kehilangan berat pada jagung utuh yang disebabkan oleh hama gudang Sitophilus
sp mencapai 4% dari berat keseluruhan.
Pada jagung pecah terdapat kehilangan
berat yang berbeda, pada jagung pecah perlakuan pertama terdapat kehilangan
berat sebesar 3 gram, kemudian pada ulangan 1 terdapat kehilangan hasil sebesar
2 gram, pada perlakuan jagung pecah ini merupakan kehilangan terberat ke 2
setelah perlakuan jagung utuh.
Kemudian pada perlakuan
tepung jagung kehilangan hasil pada toples pertama mencapai 2%, sementara pada
toples ulangan 1 berat kehilangan / susut hanya 1% saja.
Dari hasil ini dapat
diketahui bahwa pengurngan hasil bobot material yang terbesar terdapat pada
perlakuan jagung utuh, kemudian disusul oleh jagung pecah dan yang terakhir
adalah tepung jagung.
Pada pengamatan perkembangan
populasi dari Sitophilus sp, terdapat hal yang berbanding terbalik dengan
keadaan bobot akhir material pengamatan, dimana pada perkembangan sitophilus sp
pada perlakuan tepung jagung, merupakan populasi terbanyak ke 2 dari ke 3 jenis
perlakuan yang ada, dimana pada minggu ke 3 diketahui bahwa jumlah populasi
pada toples pertama dan ulangan terdapat 15 dan 20 ekor sitophilus, pada minggu
ke 4 terdapat 30 dan 35 ekor, pada minggu ke 5 terdapat 33 dan 39 ekor,
sementara pada minggu ke 6 terdapat 38 dan 31 ekor sitophilus, dari data
tersebut dapat kita ketahui bahwa terjadi fluktuasi yang terjadi terhadap
populasi dari sitophilus tersebut, hal itu bis dikarenakan keadaan dari toples
tersebut, adapula juga hewan yang keluar dari dalam toples, sehingga jumlahnya
tidak stabil serta perkembangan dari hama itu sendiri yang berkembang biak.
Pada perlakuan jagung utuh
diketahui pada pengamatan di minggu ke 3 terdapat jumlah sitophilus pada toples
utama dan ulangan terdapat 34 dan 26 ekor, sementara terdapat hewan yang mati
juga sebanyak 4 ekor dari ke dua toples, pada minggu ke 4 terdapat sejumlah 28
dan 29 ekor pada masing – masing toples, minggu ke 5 terdapat 40 dan 35 ekor
serta pada pengamatan terakhir yakni minggu ke 6 terdapat 45 dan 44 ekor pada
masing – masing toples.
Pada perlakuan jagung pecah
pada minggu ke 3 terdapat 12 dan 13 ekor pada masing – masing toples, pada
minggu ke 4 terdapat 11 dan 10 ekor, oada minggu ke 5 terdapat 15 dan 17 ekor,
serta pada minggu ke 6 terdapat 20 dan 23 ekor pada masing – masing toples.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa:
1. Perkembangan
dan pertumbuhan populasi sitophilus sp yang terbanyak terdapat pada perlakuan
material jagung utuh, dimana populasi akhir pada minggu ke 6 mencapai 45 dan 44
ekor pada masing – masing toples.
2. Perkembangan
dan pertumbuhan populasi ke 2 dan ke 3 pada perlakuan jagung pecah dan tepung
jagung.
3. Jumlah
susut material jagung yang terbanyak terdapat pada perlakuan jagung utuh dengan
kehilangan berat mencapai 4 gram dari berat total 100 gram.
4. Pada
hasil ini diketahui bahwa hama gudang sitophilus sp merupakan hama yang dapat
menurunkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas dari jagung yang terdapat
digudang pada berbagai bentuk.
5.2 Saran
Sebaiknya didalam praktikum ini, waktu yang
digunakan dalam pengamatan dapat mencpai 2 bulan atau 8 minggu, sehingga hasil
yang didapatkan dapat lebih baik dalam ke akuratannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø Anonim.
2008. Hama Gudang Jagung. Wordpress.
Jakarta
Ø Udha.
2008. Klasifikasi Sitophilus sp.
Airlangga. Jakarta
Ø Matnawy
H, 2001.Perlindungan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta.
Ø Nyoman
I, 2005. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya
di Indonesia. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
di Indonesia. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Ø Pracaya,
2004. Hama dan Penyakin Tanaman. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Jakarta.
0 comments:
Post a Comment