Wednesday, May 21, 2014


Laporan Praktikum Sistem Peramalan Hama dan Penyakit


PENGARUH BENTUK MATERIAL JAGUNG TERHADAP 
PERKEMBANGAN SITOPHILUS SP

Oleh :

KELOMPOK 4


              HENGKI HERMAWAN             (1205101050067)
              MUHAMMAD FAZIL                (1105101050101)
              ARIANTO                                     (1205101050062)
              HENDRA SAPUTRA                  (1105101050011)
             ANDI ARIS MUHIDIN               (1205101050052)


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2014









I.                   PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Proses penyimpanan merupakan tahap pasca panen yang penting. Pada tahap ini akan mengalami perubahan kualitas dan kuantitas yang dipengaruhi oleh fasilitas penyimpanan serta hama gudang. Hama adalah organisme yang berbentuk hewan yang mengganggu atau merusak tanaman, hewan atau benda yang kita miliki secara ekonomis salah satunya adalah hama gudang.
Hama gudang mempunyai sifat yang khusus yang berlainan dengan hama-hama yang menyerang dilapangan, hal ini sangat berkaitan dengan ruang lingkup hidupnya yang terbatas yang tentunya memberikan pengaruh faktor luar yang terbatas pula. Walaupun hama gudang (produk dalam simpanan) ini hidupnya dalam ruang lingkup yang terbatas, karena ternyata tidak sedikit pula jenis dan spesiesnya, yang masing-masing memiliki sifat sendiri, klasifikasi atau penggolongan hama yang menyerang produk dalam gudang untuk lebih mengenalnya dan lebih mudah mempelajarinya telah dilakukan oleh para ahli taksonomi.
Yang dimaksud dengan klasifikasi atau penggolongan ialah pengaturan individu dalam kelompok, penyusunan kelompok dalam suatu sistem, data individu dan kelompok menentukan hama itu dalam sistem tersebut. Letak hama hama dalam sistem sudah memperlihatkan sifatnya. Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari golongan Coleoptera, misalnya Tribolium castaneum, Sitophilus oryzaeCallocobruchus sp, Sitophilus sp, dll.
Produk pasca penen merupakan bagian tanaman yang dipanen dengan berbagai tujuan terutama untuk memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi petani maupun konsumen. Produk dalam simpanan ini tidak terlepas dari masalah organisme pengganggu tumbuhan terutama dari golongan serangga hama. Hama yang menyerang komoditas simpanan (hama gudang) mempunyai sifat khusus yang berlainan dengan hama yang menyerang tanaman ketika dilapangan. Menyerang produk yang baru saja dipanen melainkan juga produk industri hasil pertanian. Produk tanaman yang disimpan dalam gudang yang sering terserang hama tidak hanya terbatas Hama yang terdapat dalam gudang tidak hanya pada produk biji-bijian saja melainkan produk yang berupa daun-daunan (teh, kumis kucing, dan lain sebagainya) dan kayu-kayuan atau kulit kayu misalnya kayu manis, kulit kina, dan lainnya (Wagianto, 2008).

B.     Tujuan Penulisan
Tujuan Praktikum Sistem Peramalan Hama dan Penyakit tentang Hama Gudang yaitu untuk mengetahui tingkat perkembangbiakan hama gudang serta pengaruh kehilangan hasil yang dialami oleh berbagai jenis produk mentah jagung.




















II.                TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays)
2.1.1 Ciri morfologi
Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) memiliki panjang 2,5-4,5 mm, berwarna coklat, moncong sempit dan panjang, mempunyai antena, larvanya putih dan gemuk dan tidak berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung. Kumbang muda berwarna coklat agak kemerahan, yang tua berwarna hitam. Terdapat bercak kuning agak kemerah-merahan pada sayap bagian depan. Pada sayap kiri dan kanan terdapat dua bercak. Panjang tubuh kumbang dewasa sekitar 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya (Naynienay, 2008).

2.1.2 Sistematika
Klasifikasi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) menurut (Udha, 2008). yaitu :
Kingdom         : Animalia,
Filum               : Arthropoda,
Kelas               : Insecta,
Ordo                : Coleoptera,
Famili              : Curculionidae,
Genus              : Sitophilus,
Spesies            : (Sitophilus zeamays) 
2.1.3 Gejala serangan
Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) menyerang pada tanaman jagung yang mengakibatkan butir-butir jagung menjadi lubang. Ukuran lubang yang diakibatkan lebih besar dari pada gejala serangan pada beras, jagung yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk, sehingga kualitas jagung menurun karena bercampur dengan air liur hama (Anonim, 2008).
2.1.4 Pengendalian
Cara pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara pengeringan bahan yang sempurnah, melakukan pengamasan yang baik, pemberian tablet khusus misalnya phastoksin. Kemudian melakukan fumigasi yang tentunya akan menimbulkan resiko yang sangat besar (Anonim, 2005).























III.             METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Sistem Peramalan Hama Dan Penyakit tentang pengaruh hama gudang terhadap pengurangan hasil produksi dilaksanakan di Laboratorium Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh, dan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 5 maret sampai 16 April 2014.

3.2  Alat dan Bahan
3.2.1        Alat
Ø  Toples
Ø  Karet gelang
Ø  Kain kasa/saringan
Ø  Ayakan
Ø  Kuas
Ø  Trays/nampan
Ø  timbangan

3.2.2        Bahan
Ø  Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays)
Ø  Jagung utuh, jagung pecah dan tepung jagung

3.3 Cara Kerja
1.      Timbang masing – masing bahan (Jagung utuh, jagung pecah dan tepung jagung) sebanyak 100 gram dengan 2 kali ulangan.
2.      Pisahkan kumbang jagung (Sitophilus zeamays) sebanyak 10 pada masing – masing perlakuan.
3.      Siapkan toples sebanyak 6 buah untuk 3 perlakuan dengan 2 kali ulangan.
4.      Masukkan macam – macam jenis jagung tersebut kedalam masing – masing toples.
5.      Kemudian masukkan pula kumbang jagung sebanyak 10 ekor pada masing – masing toples.
6.      Lakukanlah pengamatan pada minggu ke 3 sampai minggu ke 6.
7.      Hitung jumlah sitophilus pada setiap kali pengamatan dan catat berapa jumlahnya.
8.      Pada pengamatan terakhir, dilihat berapa ekor jumlah sitophilus yang masih berada didalam toples dan timbang jumlah jenis – jenis jagung tersebut, sehingga kita dapat mengetahui berapa jumlah kehilangan yang diakubatkan oleh hama gudang tersebut.

























IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil pengamatan selama 4 minggu sebagai berikut :
4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan Kehilangan Berat Bahan Simpanan

No
Perlakuan
Hari/Tanggal
Berat Awal
Berat Akhir
Susut
1.
Jagung utuh
Rabu, 16 April 2014
100gr
96gr
4%
2.
Jagung utuh
Rabu, 16 April 2014
100gr
96gr
4%
3.
Jagung pecah
Rabu, 16 April 2014
100gr
97gr
3%
4
Jagung pecah
Rabu, 16 April 2014
100gr
8gr
2%
5
Tepung jagung
Rabu, 16 April 2014
100gr
98gr
2%
6
Tepung jagung
Rabu, 16 April 2014
100gr
99gr
1%

4.1.2 Tabel Pengamatan Perkembangan Sitophilus SP

No
Perlakuan jagung
Minggu III
Minggu IV
Minggu V
Minggu VI
hidup
mati
hidup
mati
hidup
mati
hidup
mati
1
Utuh
34
3
29
5
40
1
45
6
2
Utuh 1
26
1
28
1
35
3
44
5
3
Pecah
12
2
11
1
15
1
20
1
4
Pecah 1
13
2
10
3
17
3
23
1
5
Tepung
15
0
30
1
33
4
38
2
6
Tepung 1
20
0
35
2
39
5
31
3


4.2  Pembahasan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan telah diketahui bahwa pada perlakuan jagung utuh, terdapat kehilangan berat jagung yang lebih banyak dibandingkan dengan jenis material jagung yang lain, pada tabel diketahui bahwa kehilangan berat jagung utuh yang mula – mula memiliki berat 100 gram pada akhir praktikum memiliki berat menjadi 96 gram, pada ulangan juga terdapat berat kehilangan yang sama, artinya kehilangan berat pada jagung utuh yang disebabkan oleh hama gudang Sitophilus sp mencapai 4% dari berat keseluruhan.
Pada jagung pecah terdapat kehilangan berat yang berbeda, pada jagung pecah perlakuan pertama terdapat kehilangan berat sebesar 3 gram, kemudian pada ulangan 1 terdapat kehilangan hasil sebesar 2 gram, pada perlakuan jagung pecah ini merupakan kehilangan terberat ke 2 setelah perlakuan jagung utuh.
Kemudian pada perlakuan tepung jagung kehilangan hasil pada toples pertama mencapai 2%, sementara pada toples ulangan 1 berat kehilangan / susut hanya 1% saja.
Dari hasil ini dapat diketahui bahwa pengurngan hasil bobot material yang terbesar terdapat pada perlakuan jagung utuh, kemudian disusul oleh jagung pecah dan yang terakhir adalah tepung jagung.
Pada pengamatan perkembangan populasi dari Sitophilus sp, terdapat hal yang berbanding terbalik dengan keadaan bobot akhir material pengamatan, dimana pada perkembangan sitophilus sp pada perlakuan tepung jagung, merupakan populasi terbanyak ke 2 dari ke 3 jenis perlakuan yang ada, dimana pada minggu ke 3 diketahui bahwa jumlah populasi pada toples pertama dan ulangan terdapat 15 dan 20 ekor sitophilus, pada minggu ke 4 terdapat 30 dan 35 ekor, pada minggu ke 5 terdapat 33 dan 39 ekor, sementara pada minggu ke 6 terdapat 38 dan 31 ekor sitophilus, dari data tersebut dapat kita ketahui bahwa terjadi fluktuasi yang terjadi terhadap populasi dari sitophilus tersebut, hal itu bis dikarenakan keadaan dari toples tersebut, adapula juga hewan yang keluar dari dalam toples, sehingga jumlahnya tidak stabil serta perkembangan dari hama itu sendiri yang berkembang biak.
Pada perlakuan jagung utuh diketahui pada pengamatan di minggu ke 3 terdapat jumlah sitophilus pada toples utama dan ulangan terdapat 34 dan 26 ekor, sementara terdapat hewan yang mati juga sebanyak 4 ekor dari ke dua toples, pada minggu ke 4 terdapat sejumlah 28 dan 29 ekor pada masing – masing toples, minggu ke 5 terdapat 40 dan 35 ekor serta pada pengamatan terakhir yakni minggu ke 6 terdapat 45 dan 44 ekor pada masing – masing toples.
Pada perlakuan jagung pecah pada minggu ke 3 terdapat 12 dan 13 ekor pada masing – masing toples, pada minggu ke 4 terdapat 11 dan 10 ekor, oada minggu ke 5 terdapat 15 dan 17 ekor, serta pada minggu ke 6 terdapat 20 dan 23 ekor pada masing – masing toples.









           
V.                KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa:
1.      Perkembangan dan pertumbuhan populasi sitophilus sp yang terbanyak terdapat pada perlakuan material jagung utuh, dimana populasi akhir pada minggu ke 6 mencapai 45 dan 44 ekor pada masing – masing toples.
2.      Perkembangan dan pertumbuhan populasi ke 2 dan ke 3 pada perlakuan jagung pecah dan tepung jagung.
3.      Jumlah susut material jagung yang terbanyak terdapat pada perlakuan jagung utuh dengan kehilangan berat mencapai 4 gram dari berat total 100 gram.
4.      Pada hasil ini diketahui bahwa hama gudang sitophilus sp merupakan hama yang dapat menurunkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas dari jagung yang terdapat digudang pada berbagai bentuk.

5.2  Saran
Sebaiknya didalam praktikum ini, waktu yang digunakan dalam pengamatan dapat mencpai 2 bulan atau 8 minggu, sehingga hasil yang didapatkan dapat lebih baik dalam ke akuratannya.





DAFTAR PUSTAKA

Ø  Anonim. 2008. Hama Gudang Jagung. Wordpress. Jakarta
Ø  Udha. 2008. Klasifikasi Sitophilus sp. Airlangga. Jakarta
Ø  Matnawy H, 2001.Perlindungan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta.
Ø  Nyoman I, 2005. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya
              di Indonesia
. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Ø  Pracaya, 2004. Hama dan Penyakin Tanaman. Penebar Swadaya,
              Jakarta.





















0 comments: