Laporan
Praktikum Pengelolaan Hama Terpadu
PERLAKUAN
KONTROL TERHADAP HAMA
KEONG
MAS (Pomacea ensularis canaliculata)
OLEH :
HENGKI HERMAWAN
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SYIAH KUALA
DARUSSALAM
- BANDA ACEH
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Di
era sekarang banyak petani dalam melakukan pengendalian hama menggunakan
pestisida dari bahan kimia yang bertujuan agar hama bias secara cepat
musnah,namun hal ini menimbulkan pencemaran lingkungan yang tanpa disadari oleh
petani,yaitu mengakibatkan residu yang dapat membahayakan lingkungan dan juga
manusia itu sendiri, Catatan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia mencatat bahwa di
seluruh dunia setiap tahunnya terjadi keracunan pestisida antara 44.000 -
2.000.000 orang dan dari angka tersebut yang terbanyak terjadi di negara
berkembang. Dampak negatif dari penggunaan pestisida diantaranya adalah
meningkatnya daya tahan hama terhadap pestisida, membengkaknya biaya perawatan
akibat tingginya harga pestisida dan penggunaan yang salah dapat mengakibatkan
racun bagi lingkungan, manusia serta ternak.
Tanaman
padi merupakan salah satu komoditas pangan yang harus terpenuhi kecukupannya
untuk menunjang kelangsungan hidup sebagian besar penduduk Indonesia. Salah
satu upaya untuk mempertahankan kecukupan pangan adalah melalui pengendalian
faktor – faktor pembatas. Salah satu faktor pembatas yang terpenting adalah
serangan hama penyakit. Keong mas merupakan salah satu hama penting pada
tanaman padi di Indonesia. Saat ini keong mas (Pomacea sp.) berperan sebagai salah satu hama penting pada tanaman
padi.
Di
Aceh misalnya, keong mas telah menjadi hama utama, terutama pada areal sawah
beririgasi. Tingkat serangan hama tersebut pun tergolong cukup tinggi. Serangan
berat umumnya terjadi di persemaian sampai tanaman berumur dibawah 4MST. Pada
tanaman dewasa, gangguan keongmas hanya terjadi pada anakan hingga jumlah
anakan produktif menjadi berkurang. Perkembangan hama ini sangat cepat, dari
telur hingga menetas hanya butuh waktu 4 – 7 hari (Pitojo, 1996). Disamping itu
satu ekor keongmas betina mampu menghasilkan 15 kelompok telur selama satu
siklus hidup (60 – 80 hari), dan masing – masing kelompok telur berisi 300 –
500 butir (Anonymous,1993). Seekor keongmas dewasa mampu menghasilkan 1000
-1200 telur per bulan (Anonymous, 1995).
Keong
mas juga memiliki ketahanan tubuh yang sangat tinggi, misalnya pada saat musim
kemarau, hewan tersebut mampu bertahan selama 6 bulan pada kondisi lahan yang
sangat kering dengan bersembunyi didalam lumpur atau tanah sawah. Selain itu,
penyebaran keongmas tergolong sangat cepat karena binatang ini mengikuti arus
aliran sungai atau aliran irigasi. Setiap menetas, telurnya menyebar kesegala
penjuru dengan memanfaatkan arus air yang mengalir sehingga penyebarannya
menjadi sangat cepat.
Pestisida
merupakan salah satu solusi didalam mengendalikan hama keongmas, namun
penggunaan pestisida kimia memiliki banyak kerugian, salah satunya adalah
resistensi, resurgensi dan residu racun yang dihasilkan. Untuk itu perlu dikaji
ulang penggunaan bahamemiliki banyak kerugian, salah satunya adalah resistensi,
resurgensi dan residu racun yang dihasilkan. Untuk itu perlu dikaji ulang
penggunaan bahan – bahan alami yang bermanfaat dalam mengendalikan hama keong
mas.
B.
Tujuan
Praktikum
Adapun
tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk mengetahui keefektifan dari
penggunaan pestisida kimia dan hayati terhada hama keong mas. Dan diharapkan
dari hasil praktikum ini dapat menjadi alternative baru yang efektif dan
efisien untuk mengendalikan hama keong mas dan diterapkan oleh masyarakat.
BAB
II
TINAJAUAN
PUSTAKA
Di era serba organik seperti sekarang ini, penggunaan
pestisida organik cukup mendukung untuk mengatasi masalah gangguan serangan
hama tanaman komersial. Pestisida organik pun dapat menjamin keamanan
ekosistem. Dengan pestisida organik, hama hanya terusir dari tanaman petani
tanpa membunuh. Selain itu penggunaan pestisida organik dapat mencegah lahan
pertanian menjadi keras dan menghindari ketergantungan pada pestisida kimia.
Penggunaan pestisida organik harus dilakukan dengan hati-hati dan dengan
kesabaran serta ketelitian. Banyaknya pestisida organik yang disemprotkan ke
tanaman harus disesuaikan dengan hama. Waktu penyemprotan juga harus
diperhatikan petani sesuai dengan siklus perkembangan hama
(Sudarsono, 2006).
Keong mas merupakan salah satu masalah utama dalam produksi padi. Keong mas memiliki morfologi yang sama dengan keong sawah. Cangkang berbentuk bulat mengerut, berwarna kuning keemasan, berdiameter 1,2-1,9 cm, tinggi 2,2-3,6 cm, dan berat 4,2-15,8 g. keong mas berkembang biak secara ovipar dan menghasilkan telur. Seekor keong mas betina mampu bertelur 500 butir dalam seminggu dengan masa perkembang biakkan selama 3-4 tahun. Keong mas betelur pada pagi dan sore hari, telur akan menetas dalam waktu 7-14 hari dan hari ke-60 keong telah menjadi dewasa dan dapat berkembang biak (Ruslan dan Harianto 2009). Klasifikasi Keong mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:
Kingdom :
Animalia
Filum
: Moluska
Kelas
: Gastropoda
Ordo
: Mesogastropoda
Famili
: Ampullariidae
Genus
: Pomacea
Spesies
: Pomacea canaliculata
Semua
moluska bersifat hemaprodit kecuali keong mas. Keongmas jantan memiliki
cangkang yang simetris antara sudut terluar tubuh dengan apex, sedangkan
keongmas betina memiliki cangkang yang lebih besar antara sudut terluar tubuh
dengan apex (www.litbang.deptan.go.id).
Keongmas
(Pomacea sp.) mempunyai kebiasaan
memakan berbagai jenis tanaman yang lunak temasuk padi yang masih muda.
Biasanya keongmas memarut pangkal batang yang berada dibawah air dengan
lidahnya hingga patah, kemudian patahan yang rebah tersebut dimakan. Bila
populasi keongmas tinggi dan air selalu tergenang, bisa mengakibatkan rumpun
padi mati, sehingga petani harus menyulam atau menanam ulang. Beberapa tanaman
nabati pun bisa digunakan sebagai pestisida nabati atau moluskisida untuk keong
mas. Saponin, rerak, pinang, tembakau dan daun sembung cukup efektif sebagai
moluskisida nabati.penggunaan bahan nabati sangat dianjurkan dilakukan sebelum
tanam, karena pada saat itu keong mas akan terganggu daya makannya, sehingga
kurang merusak padi yang baru tanam (www.ciptapangan.com).
BAB
III
METODOLOGI
PRAKTIKUM
A.
Tempat
dan Waktu
Pelaksanaan
praktikum ini dilaksanakan di laboratorium Hama Tanaman, jurusan Agroteknologi,
Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Dimulai pada tanggal 29 – 31
Oktober 2013.
B.
Alat
dan Bahan
a.
Alat
Ø tabung
kaca
Ø gelas
ukur
b.
Bahan
Ø keong
mas
Ø kangkung
Ø air
C.
Cara
Kerja
Ø Siapkan
alat dan bahan yang diperlukan
Ø Bersihkan
tabung kaca dengan cara dicuci
Ø Masukkan
air sebanyak 2000 Ml kedalam tabung
Ø Masukkan
kangkung kedalam tabung sebagai pakan keong mas secukupnya
Ø Masukkan
keong mas kedalam tabung sebanyak 10 ekor
Ø Amati
keong mas apakah ada yang mati atau tidak selama 2 hari
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
no
|
Hari
|
Jumlah yang mati
|
1
|
19 jam dari awal praktikum
|
Tidak ada
|
2
|
43 jam dari awal praktikum
|
Tidak ada
|
B.
Pembahasan
Pada
praktikum yang telah berlangsung selam 3 hari di laboratorium hama, didapatkan
hasil bahwa dengan tanpa menggunakan bahan pestisida baik pestisida nabati
maupun pestisida kimia, hama keong mas tetap dalam kondisi hidup selama masa
praktikum, namun ada juga pada hari terakhir kondisi keong mas mulai mengalami
kekurangan oksigen yang disebabkan oleh kecilnya tabung.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari hasil
praktikum dan pengamatan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
Ø Tidak
ada keong mas yang mati selama masa praktikum, hal ini disebabkan karena
percobaan hanya sebagai control saja.
Ø Keong
mas dapat dikendalikan populasinya dengan menggunakan pestisida kimia maupun
nabati.
Ø Hama
keong mas memiliki daya tahan tubuh yang sangat tinggi sehingga dalam kondisi
yang kekurangan air dan oksigen mampu mempertahakan dirinya.
Ø Hama
keong mas biasanya menyerang tanaman padi pada masa pembibitan atau pada anakan
padi sehingga jumlah anakan menjadi terbatas.
B.
Saran
Sebaiknya dalam
praktikum ini kelompok control tidak perlu diadakan, karena hasil yang
didapatkan bisa diterka, kemudian didalam pembuatan laporan praktikumnya juga
akan sangat sulit untuk menyusun judul serta pembahasan dan kesimpulan, karena
tidak ada perlakuan yang digunakan, alangkah baiknya jika control tetap ada
namun bukan untuk satu kelompok agar perbandingan tersebut tetapa ada.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø Anonymous, 1995. Pengendalian
Hama Keong Mas. Liptan. Loka Pengkajian
Teknologi Pertanian (LPTP). Banda Aceh.
Teknologi Pertanian (LPTP). Banda Aceh.
Ø
http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/484/ diakses
pada tanggal 4
November 2013.
November 2013.
Ø
http://www.ciptapangan.com/files/downloadsmodule/@random4413d85398188/
1213849556_buletin_service.pdf diakses pada tanggal 4 November 2013.
1213849556_buletin_service.pdf diakses pada tanggal 4 November 2013.
Ø Pitojo, S. 1996. Petunjuk
Pengendalian dan Pemanfaatan Keong mas. Trubus
Agriwidya. Jakarta.
Agriwidya. Jakarta.
Ø Saanin, H.
1986. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta. Jakarta.
Ø Sudarsono. 2006. Ekstrak Biji Mimba Sebagai Pestisida
Nabati: Potensi,
Kendala, dan Strategi Pengembangannya.Perspektif Vol. 8 No. 2 /
Oktober 20013. Hlm 115 – 176.
Kendala, dan Strategi Pengembangannya.Perspektif Vol. 8 No. 2 /
Oktober 20013. Hlm 115 – 176.
0 comments:
Post a Comment