Makalah
Mekanisasi Pertanian
PENGERINGAN
PADA BIJI KOPI (Coffea Arabica L)
OLEH:
HENGKI HERMAWAN
1205101050067
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SYIAH KUALA
DARUSSALAM
- BANDA ACEH
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kopi merupakan
salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup
tinggi diantara tanaman perkebunan yang lainnya dan berperan penting sebagai
sumber devisa Negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa
melainkan juga merupakan sumber penghasilan bagi bagi tidak kurang dari satu
setengah juta jiwa petani kopi di Indonesia (Rahardjo, 2012).
Keberhasilan
agribisnis kopi membutuhkan dukungan semua pihak yang terkait dalam proses produksi
kopi pengolahan dan pemasaran komoditas kopi. Upaya meningkatkan produktivitas
dan mutu kopi terus dilakukan sehingga daya saing kopi di Indonesia dapat
bersaing di pasar dunia (Rahardjo, 2012).
Teknologi
budidaya dan pengolahan kopi meliputi pemilihan bahan tanam kopi unggul,
pemeliharaan, pemangkasan tanaman dan pemberian penaung, pengendalian hama dan
gulma, pemupukan yang seimbang, pemanenan serta pengolahan kopi pasca panen.
Pengolahan kopi sangat berperan penting dalam menentukan kualitas dan cita rasa
kopi (Rahardjo, 2012).
Saat
ini peningkatan produksi kopi di Indonesia masih terhambat oleh rendahnya mutu
biji kopi yang dihasilkan sehingga mempengaruhi mutu biji kopi yang dihasilkan
sehingga mempengaruhi pengembangan produksi akhir kopi. Hal ini disebabkan,
karena penanganan pasca panen yang tidak tepat antara lain proses fermentasi,
pencucian, sortasi, pengeringan dan penyangraian. Selain itu spesifikasi alat
dan mesin yang digunakan juga dapat mempengaruhi setiap tahapan pengolahan biji
kopi.
Oleh
karena itu, untuk memperoleh biji kopi yang bermutu baik maka diperlukan
penanganan pasca panen yang tepat dengan melakukan setiap tahapan secara benar.
Proses pengeringan merupakan salah satu tahapan yang penting dalam pemrosesan
biji kopi untuk menghasilkan biji kopi yang berkualitas.
B.
Rumusan
Masalah
Proses penanganan pasca panen dan
pengolahan biji kopi perlu memperhatikan berbagai aspek yang dapat
mempertahankan kualitas biji kopi tersebut. Salah satu hal terpenting yaitu
pada proses pengeringan biji kopi. Kualitas biji kopi dapat ditingkatkan bila proses
pengeringan dilakukan pada suhu dan lama pengeringan yang tepat untuk
mendapatkan kadar air dan tingkat keasaman yang sesuai dengan standar SNI.
C.
Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk mengetahui bagaimana cara pengeringan biji kopi yang tepat dan benar
untuk meningkatkan kualitas dari biji kopi tersebut.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang
sudah lama dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi.
Konsumsi kopi dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26%
berasal dari spesies kopi robusta. Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah
pegunungan di Etopia. Namun, kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia
setelah tanaman tersebut dikembangkan di luardaerah asalnya, yaitu Yaman di
bagian selatan Arab, melalui para saudagar Arab (Rahardjo,2012).
Di Indonesia kopi mulai di kenal pada tahun 1696, yang di
bawa oleh VOC. Tanaman kopi di Indonesia mulai di produksi di pulau Jawa, dan
hanya bersifat coba-coba, tetapi karena hasilnya memuaskan dan dipandang oleh
VOC cukup menguntungkan sebagai komoditi perdagangan maka VOC menyebarkannya ke
berbagai daerah agar para penduduk menanamnya (Najiyanti dan Danarti, 2004).
Sistematika
tanaman kopi robusta menurut Rahardjo (2012) adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Sub
kingdom : Tracheobionita
Divisi : Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub
Kelas : Astridae
Ordo
: Rubiaceace
Genus
: Coffea
Spesies : Coffea robusta
Jenis - Jenis Kopi Di dunia perdagangan dikenal beberapa golongan
kopi, tetapi yang paling sering dibudidayakan hanya kopi arabika,robusta, dan
liberika. Pada umumnya, penggolongan kopi berdasarkan spesies, kecuali kopi
robusta. 4 Kopi robusta bukan nama spesies karena kopi ini merupakan
keturunan dari berapa spesies kopi terutama Coffea canephora (Najiyati dan
Danarti, 2004).
Menurut Aak (1980), terdapat empat jenis kopi yang telah
dibudidayakan, yakni:
1. Kopi Arabika
Kopi arabika merupakan kopi yang paling banyak di kembangkan
di dunia maupun di Indonesia khususnya. Kopi ini ditanam pada dataran tinggi
yang memiliki iklim kering sekitar 1350 - 1850 m dari permukaan laut. Sedangkan
di Indonesia sendiri kopi ini dapat tumbuh dan berproduksi pada ketinggian 1000
– 1750 m dari permukaan laut. Jenis kopi cenderung tidak tahan terhadap
penyakit Hemilia Vastatrix. Namun kopi ini memiliki tingkat aroma dan rasa yang
kuat.
2.
Kopi
Liberika
Jenis kopi ini berasal dari dataran rendah Monrovia di
daerah Liberika. Pohon kopi liberika tumbuh dengan subur di daerah yang memilki
tingkat kelembapan yangtinggi dan panas. Kopi liberika penyebarannya sangat
cepat. Kopi ini memiliki kualitas yang lebih buruk dari kopi Arabika baik dari
segi buahdan tingkat rendemennya rendah.
3.
Kopi
Canephora (Robusta)
Kopi Canephorajuga disebut kopi Robusta. Nama Robusta
dipergunakan untuk tujuan perdagangan, sedangkan Canephora adalah nama botanis.
Jenis kopi ini berasal dari Afrika, dari pantai barat sampai Uganda.Kopi
robusta memiliki kelebihan dari segi produksi yang lebih tinggi di bandingkan
jenis kopi Arabika dan Liberika.
4.
Kopi
Hibrida
Kopi hibrida merupakan turunan pertama hasil perkawinan
antara dua spesies atau varietas sehingga mewarisi sifat unggul dari kedua
induknya. Namun, keturunan dari golongan hibrida ini sudah tidak mempunyai
sifat yang sama dengan induk hibridanya. Oleh karena itu, pembiakannya hanya
dengan cara vegetative seperti stek atau sambungan.
Syarat Umum Kopi
Syarat mutu dibagi menjadi dua yaitu syarat umum dan syarat
khusus.
Syarat
umum adalah persyaratan bagi setiap biji kopi yang dinilai dari tingkat
mutunya.Biji kopi yang tidak memenuhi syarat umum tidak dapat dinilai tingkat
mutu
kopinya.
Sementara syarat khusus digunakan untukmenilai biji kopi berdasarkan tingkat
mutunya. Tabel 1. Karakteristik Mutu Umum Biji Kopi Karakteristik Standar Mutu
(%) Biji berbau busuk dan berbau kapang - Kadar air < 12.5, Kadar kotoran < 0,5, Serangga hidup : tidak ada (Rahardjo,
2012).
Kopi robusta memiliki tekstur lebih kasar dari kopi arabika.
Jenis lainnya dari kopi robusta seperti Qillou, Uganda dan Chanepora. Dalam
pertumbuhannya kopi robusta hampir sama dengan kopi arabika yakni tergantung
pada kondisi tanah, cuaca,
proses
pengolahan. Pengemasan kopi ini akan berbeda untuk setiap negara dan menghasilkan
rasa yang sedikit banyak juga berbeda (Anonim, 2012).
Kopi robusta biasanya digunakan sebagai kopi instant atau
cepat saji. Kopi robusta memiliki kandungan kafein yang lebih tinggi, rasanya
lebih netral, serta aroma kopi yang lebih kuat. Kandungan kafein pada kopi
robusta mencapai 2,8% serta memiliki jumlah kromosom sebanyak 226
kromosom. Produksi kopi robusta saat ini mencapai sepertiga produksi kopi
seluruh dunia (Anonim, 2012).
Biji kopi memiliki kandungan yang berbeda baik dari jenis
dan proses pengolahan kopi. Perubahan ini disebabkan karena adanya oksidasi
pada saat proses enyangraian. Komposisi biji kopi arabika dan robusta sebelum
dan sesudah disangrai (% bobot kering).
Proses Pengolahan Bubuk Kopi
Proses pengolahan bubuk kopi terdiri dari beberapa tahapan
proses
yaitu
sebagai berikut:
1.Penyangraian
Kunci dari proses produksi kopi bubuk adalah penyangraian.
Proses ini merupakan tahapan pembentukan aroma dan citarasa khas kopi dari
dalam biji kopi dengan perlakuan panas. Biji kopi secara alami mengandung cukup
banyak senyawa organik calon pembentuk citarasa dan aroma khas kopi. Waktu sangrai
ditentukan atas dasar warna biji kopi sangrai atau sering disebut derajat
sangrai. Makin lama waktu sangrai, warna biji kopi sangrai mendekati cokelat
tua kehitaman (Mulato, 2002). Roasting merupakan proses penyangraian biji kopi
yang tergantung pada waktu dan suhu yang ditandai dengan perubahan kimiawi yang
signifikan. Terjadi kehilangan berat kering terutama gas dan produk pirolisis
volatil lainnya. Kebanyakan produk pirolisis ini sangat menentukan citarasa
kopi. Kehilangan berat keringterkait erat dengan suhu penyangraian. Berdasarkan
suhu penyangraian yang digunakan kopi sangrai dibedakan atas 3 golongan yaitu
ligh roast suhu yang digunakan 193°C sampai 199°C, medium roast suhu yang
digunakan 204°C dan dark roast suhu yang digunakan 213°C sampai 221°C. Light
roast menghilangkan 3-5% kadar air, medium roast menghilangkan 5-8% dan 10 dark roast menghilangkan 8-14% kadar air(Varnam and Sutherland,
1994).
Penyangrai bisa berupa oven yang beroperasi secara batch atau
continous. Pemanasan dilakukan pada tekanan atmosfer dengan media udara panas
atau gas pembakaran. Pemanasan dapat juga dilakukan dengan melakukan kontak
dengan permukaan yang dipanaskan, dan pada beberapa desain pemanas, hal ini
merupakan faktor penentu pada pemanasan.
Desain paling umum yang dapat disesuaikan baik untuk
penyangraian secara batch maupun continous yaitu berupa drum horizontal yang
dapat berputar. Umumnya, biji kopi dicurahkan sealiran dengan udara panas
melalui drum ini, kecuali pada beberapa roaster dimana dimungkinkan terjadi
aliran silang dengan udara panas. Udara yang digunakan langsung dipanaskan
menggunakan gas atau bahan bakar, dan pada desain baru digunakan sistem udara daur
ulang yang dapat menurunkan polusi di atmosfer serta menekan biaya operasional
(Ciptadi dan Nasution,1985). Tingkat penyangraian dibagi menjadi tingkatan,
yaitu ringan (light), medium dan gelap (dark).
Secara laboratoris tingkat kecerahan warna biji kopi sangrai
diukur dengan pembeda warna lovibond. Biji kopi beras sebelum disangrai
mempunyai warna permukaan kehijauan yang bersifat memantulkan sinar sehingga
nilai Lovibond nya (L) berkisar antara 60-65. Pada penyangraian ringan (light),
sebagian warna permukaan biji kopi berubah kecoklatan dan nilai L turun menjadi
44-45. Jika proses penyangraian dilanjutkan pada tingkat medium, maka nilai L
biji kopi makin berkurang secara signifikan kekisaran 38-40.Pada penyangraian
gelap, warna biji kopi sangrai makin mendekati hitam karena senyawa hidrokarbon
terpirolisis menjadi unsur karbon. Sedangkan senyawa gula mengalami proses
karamelisasi dan akhirnya nilai L biji kopi sangrai tinggal 34-35. Kisaran suhu
sangrai untuk tingkat sangrai ringan adalah antara190oC - 195o
C, sedangkan untuk tingkat sangrai medium adalah di 11 atas 200oC.
Untuk tingkat sangrai gelap adalah di atas 205oC (Mulato, 2002).
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Konsep Dasar Pengeringan
Pengeringan adalah proses pengeluaran air dari suatu bahan
pertanian menuju kadar air kesetimbangan dengan udara sekeliling atau pada
tingkat kadar air dimana mutu bahan pertanian dapat dicegah dari serangan
jamur, enzim dan aktifitas serangga (Hederson and Perry, 1976).
Sedangkan menurut Hall (1957) dan Brooker etal, (1974),
proses pengeringan adalah proses pengambilan atau penurunan kadar air sampai
batas tertentu sehingga dapat memperlambat laju kerusakan bahan pertanian
akibat aktivitas biologis dan kimia sebelum bahan diolah atau
dimanfaatkan.Pengeringan adalah proses pemindahan panas untuk menguapkan kandungan
air yang dipindahkan dari permukaan bahan yang dikeringkan oleh media pengeringan
yang biasanya berupa panas. Tujuan pengeringan adalah mengurangi kadar air
bahan sampai dimana perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat
menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti. Dengan demikian
bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu simpanyang lebih lama(Anonim,
2012).
Pengeringan merupakan salah satu cara dalam teknologi pangan
yangdilakukan dengan tujuan pengawetan. Manfaat lain dari pengeringan adalah
memperkecil volume dan berat bahan dibanding kondisi awal sebelum pengeringan,
sehingga akan menghemat ruang(Rahman dan Yuyun, 2005).
Dalam pengeringan, keseimbangan kadar air menentukanbatas
akhir dari proses pengeringan. Kelembapan udara nisbi serta suhu udarapada
bahan kering biasanya mempengaruhi keseimbangan kadar air. Pada saat kadar air
seimbang, penguapan air pada bahanakan terhenti danjumlah molekul - molekul air
yang akan diuapkan sama dengan jumlah molekul air yang diserap oleh
permukaanbahan. Laju pengeringan amat bergantung pada perbedaan antara kadar
air bahandengan kadar air keseimbangan (Siswanto, 2004).Semakin besar perbedaan
suhu antara medium pemanas dengan bahan pangan semakin cepat pindah panas ke
bahan pangan dan semakin cepat pula penguapan air dari bahan pangan. Pada
proses pengeringan, air dikeluarkan dari bahan pangan dapat berupa uap air. Uap
air tersebut harus segera dikeluarkan dari atmosfer di sekitar bahan pangan
yang dikeringkan. Jika tidak segera keluar, udara di sekitar bahan pangan akan
menjadi jenuh oleh uap air sehingga memperlambat penguapan air dari bahan
pangan yang memperlambat proses pengeringan (Estiasih, 2009).
2.5
Pengeringan Biji Kopi
Kombinasi suhu dan lama pemanasan selama proses pengeringan
pada komoditi biji - bijian dilakukan untuk menghindari terjadinya kerusakan
biji. Suhu udara, kelembaban relatif udara, aliran udara, kadar air awal bahan
dan kadar akhir bahan merupakan faktor yang mempengaruhi waktu atau lama
pegeringan (Brookeretal, 1974).
Biji kopi yang telah dicuci mengandung air 55%, dengan jalan
pengeringan kandungan air dapat diuapkan, sehingga kadar air pada kopi mencapai 8-10 %. Setelah dilakukan pengeringan maka dilanjutkan
dengan perlakuan pemecahan tanduk. Pengeringan dapatdilakukan dengan 2 cara
yaitu:
1.
Pengeringan
dengan sinar matahari, dengan carasemua biji kopi diletakkan dilantai
penjemuran secara merata.
2.
Pengeringan
dengan menggunakan mesin pengering, dimana pada mesin pengeringtersebut terdiri
atas tromol besi dengan dindingnya berlubang – lubang kecil (Aak, 1980).
Pengeringan pada kopi biasanyadilakukan dengan tiga cara
yaitu pengeringan secara alami, buatan, dan kombinasi antara alami dan buatan.
1.
Pengeringan Alami
Pengeringan alami hanya dilakukan pada musim kemarau karena
pengeringan pada musim hujan tidak akan sempurna. Pengeringan yang tidak
sempurna mengakibatkan kopi berwarna coklat, berjamur, dan berbau apek. Pengeringan
pada musim hujan sebaiknya dilakukan dengan cara buatan atau kombinasi cara
alami dan buatan. Pengeringan secara alami sebaiknya dilakukan dilantai semen,
anyaman bambu, atau tikar. Kebiasaan menjemur kopi di atas tanah akan
menyebabkan kopi menjadi kotor dan terserang cendawan (Najiyati dan Danarti,
2004).
Cara penjemuran kopi yang baik adalah dihamparkan di atas
lantai dengan k
balan
maksimum 1.5 cm atau sekitar 2 lapisan. Setiap 1–2 jam hamparan kopi di bolak -
balik dengan menggunakan alat menyerupai garuh atau kayu sehingga keringnya
merata. Bila matahari terik penjemuran biasanya berlangsung selama 10 –14 hari
namun bila mendung biasanya berlangsung 3 minggu (Najiyati dan Danarti, 2004).
2.Pengeringan
Buatan
Pengeringan secara buatan biasanya dilakukan bila keadaan
cuaca cenderung mendung. Pengeringan buatan memerlukan alat pengering yang hanya
memerlukan waktu sekitar 18 jam tergantung jenis alatnya. Pengeringan ini
dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama, pemanasan pada suhu 65-1000
C untuk menurunkan kadar air dari 54% menjadi 30%. 9Tahap kedua
pemanasan pada suhu 50 – 600 C untuk menurunkan kadar air menjadi
8 - 10% (Najiyati dan Danarti, 2004).
3.Pengeringan
Kombinasi Alami dan Buatan
Pengeringan ini dilakukan dengan cara menjemur kopi di terik
matahari hingga kadar air mencapai 30%. Kemudiankopi dikeringkan lagi secara
buatan sampai kadar air mencapai 8 - 10%. Alat pengering yang digunakan ialah
mesin pengering otomatis ataupun dengan rumah (tungku) pengering. Prinsip kerja
kedua alat hampir sama yaitu pemanasan kopi dengan uap/udara di dalam ruang
tertutup (Najiyati dan Danarti, 2004).
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari data dan keterangan yang telah dimuat dalam makalah ini
maka penulis dapat menyimpulkan bahwa:
1.
Proses
pengeringan berguna untuk menghindari dan mengurangi serangan baik itu jamur,
bakteri ataupun serangga yang dapat merugikan para petani.
2.
Kadar
air yang dianjurkan untuk pengeringan biji kopi adalah 8 – 10%.
3.
Kadar
air juga akan mempengaruhi dari tingkat dan aroma kopi yang dihasilkan.
B.
Saran
Dalam proses pengeringan biji kopi dengan menggunakan cahaya
matahari sebaiknya menggunakan alas baik terpal ataupun rak, hala ini
dimaksidkan agar panas yang diterima oleh biji kopi tetap stabil dan seragam.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø Anonim, 2012a. Proses Pembuatan Kopi
Luwak.http:// proses-pembuatan-
kopi-luwak.html.Akses Tanggal 20 Oktober 2012. Makassar.
kopi-luwak.html.Akses Tanggal 20 Oktober 2012. Makassar.
Ø Anonim,2012b.Pengolahan Kopi Cara
Keringhttp://
www.starfarmagris.co.cc.html. Akses Tanggal 20 Oktober 2012.
Makassar
www.starfarmagris.co.cc.html. Akses Tanggal 20 Oktober 2012.
Makassar
Ø Anonim, 2012c. Standar Nasional
Indonesia bubuk
kopi.http://www.bi.go.id/web/id/DIBI/Info_Eksportir/Profil_komoditi/
Standart Mutu/mutu_kopi.htmAkses Tanggal 20Oktober 2012.
Makassar
kopi.http://www.bi.go.id/web/id/DIBI/Info_Eksportir/Profil_komoditi/
Standart Mutu/mutu_kopi.htmAkses Tanggal 20Oktober 2012.
Makassar
Ø Aak.1980.Budidaya Tanaman Kopi.
Yayasan Kanisius, Yogyakarta.
Ø Brooker, D. B., F. W.
Bakker-arkemaand C. W. Hall, 1974. Drying Cereal
Grains. The AVI publishing Company, Inc. Wesport.
Grains. The AVI publishing Company, Inc. Wesport.
Ø Ciptadi, W. dan Nasution, M.Z. 1985.
Pengolahan Kopi. Fakultas Teknologi
Institut Pertanian Bogor.
Institut Pertanian Bogor.
Ø Clarke, R. J. and Macrae, R. 1987.
Coffe Technology (Volume 2).Elsevier
Applied Science, London and New York.
Applied Science, London and New York.
Ø Estiasih, Teti dan Kgs Ahmadi, 2009.
Teknologi Pengolahan Pangan. Bumi
Aksara. Malang.
Aksara. Malang.
Ø Hall, C. W. 1957. Drying and Storage
of Agriculture Crops. The AVI
Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut.
Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut.
Ø Hendarson, S. M. and R. L. Perry.
1976. Agricultural Process Engineering. 3
rd ed. The AVI publ. Co., Inc, Wesport, Connecticut, USA.
rd ed. The AVI publ. Co., Inc, Wesport, Connecticut, USA.
Ø Mulato, Sri. 2002. Simposium Kopi
2002 dengan tema Mewujudkan
perkopian Nasional Yang Tangguh melalui Diversifikasi Usaha
Berwawasan Lingkungan dalam Pengembangan Industri Kopi
Bubuk Skala Kecil Untuk Meningkatkan Nilai Tambah Usaha Tani
Kopi Rakyat. Denpasar : 16 –17 Oktober 2002. Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao Indonesia
perkopian Nasional Yang Tangguh melalui Diversifikasi Usaha
Berwawasan Lingkungan dalam Pengembangan Industri Kopi
Bubuk Skala Kecil Untuk Meningkatkan Nilai Tambah Usaha Tani
Kopi Rakyat. Denpasar : 16 –17 Oktober 2002. Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao Indonesia
Ø Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan
Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan
Robusta. Penebar Swadaya. Jakarta.
Robusta. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ø Siswanto, Widiyastuti, Y. 2004.
Penanganan Hasil Panen Tanaman Obat
Komersial, Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Depok.
Komersial, Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Depok.
Ø Sri Najiyati dan Danarti. 2004 .
Budidaya Tanaman Kopi dan Penanganan
Pasca Panen. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pasca Panen. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ø Taib, G., Gumbira Said, dan S.
Wiraatmadja. 1988. Operasi Pengeringan pada
Pengolahan Hasil Pertanian. PT Mediyatama Sarana Perkasa.Jakarta.
Pengolahan Hasil Pertanian. PT Mediyatama Sarana Perkasa.Jakarta.
Ø Varnam, H.A. and Sutherland,
J.P.,1994. Beverages (Technology, Chemestry
and Microbiology).Chapman and Hall, London.
and Microbiology).Chapman and Hall, London.
Ø Volk, Wesley A., 1993, Mikrobiologi
Dasar, edisi ke-5, Erlangga, Jakarta
0 comments:
Post a Comment