Paper Fisiologi
Tumbuhan
HORMON ETILEN DAN SENYAWA FENOLIK
Oleh :
Khairani
Z (1205101050061)
Muzakki (1205101050062)
Fatayatinur
(1205101050066)
Hengki
Hermawan (1205101050067)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM - BANDA ACEH
2013
Hormon tumbuhan, atau pernah dikenal
juga dengan fitohormon, adalah sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien),
baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar
sangat kecil (di bawah satu milimol per liter, bahkan dapat hanya satu mikromol
per liter) mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan
pergerakan (taksis) tumbuhan. Penggunaan istilah “hormon” sendiri menggunakan
analogi fungsi hormon pada hewan.Namun demikian, berbeda dari hewan, hormon
tumbuhan dapat bersifat endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang
bersangkutan, maupun eksogen, diberikan dari luar sistem individu.Hormon
eksogen dapat juga merupakan bahan non-alami (sintetik, tidak dibuat dari
ekstraksi tumbuhan). Oleh karena itu, untuk mengakomodasi perbedaan ini dipakai
pula istilah zat pengatur tumbuh.
Hormon adalah salah satu diantara banyak jenis sinyal
kimiawi yang beredar pada semua organisme multiseluler yang dibentuk dalam
sel-sel terspesialisasi, yang berkelana dalam cairan tubuh, dan
mengkoordinasikan berbagai bagian organisme dengan cara berinteraksi dengan
sel-sel target. Sedangkan etilen merupakan satu-satunya hormon tumbuhan
berwujud gas, bertanggungjawab atas pematangan buah-buahan, penghambatan
pertumbuhan, gugur daun, dan penuaan.
A. Sejarah Etilen
Pada awal abad 20,
jeruk dimatangkan dengan “memeram” dalam lumbung yang dilengkapi dengan kompor minyak tanah. Petani buah yakin bahwa
panas itulah yang mematangkan buat itu, akan tetapi kompor baru yang
pembakarannya lebih bersih tidak menyebabkan buah menjadi matang. Para ahli
fisiologi tumbuhan kemudian mempelajari bahwa pematangan dalam lumbung
sesungguhnya disebabkan oleh etilen, yaitu suatu gas hasil samping pembakaran
minyak tanah. Para peneliti kemudian menunjukkan bahwa tumbuhan menghasilkan
etilennya sendiri sebagai hormon, dan hormon ini memicu berbagai macam respons
selain pematangan buah. Etilen berbeda dari hormon tumbuhan lainnya karena
hormon etilen berwujud gas. Etilen berdifusi ke dalam tumbuhan melalui ruangan
udara di antara sel-sel. Etilen yang terlarut dapat masuk dari satu sel ke sel
lain melalui simplas.
Seorang ahli
fisiologi berkebangsaan Rusia, Dimitry N Neljubow ( 1876 – 1926 ) adalah orang
pertama yang menyatakan bahwa etilen mempengaruhi pertumbuhan dari tanaman.
pada tahun 1901, ia mencirikan etilen
didalam gas bercahaya dan menunjukkan bahwa etilen menyebabkan tiga respon pada
kecambah kapri, yaitu terhambatnya pemanjangan batang, semakin menebalnya
batang, dan munculnya kebiasaan untuk tumbuh mendatar.
Pada beberapa
khasus, etilen bertindak dalam penghambatan pemanjangan sel. Banyak pengaruh
penghambatan yang dulu di anggap disebabkan oleh auksin, sekarang diyakini
disebabkan oleh sintesis etilenyang diinduksi oleh konsentrasi auksin yang
tinggi. Sebagi contoh, kemungkinan etilenlah yang menghambat pemanjangan akar
dan perkembangan tunas aksiler dalam kondisi auksin berlebih. Selain peranannya
sebagai inhibitor pertumbuhan, etilen juga dikaitkan dengan berbagai proses
penuaan pada tumbuhan.
Penuaan atau
senesens adalah perkembangan dari perubahan yang tidak dapat berbalik arah
yangakhirnya menuju pada kematian. Sebagai suatu bagian normal dari
perkembangan tumbuhan, senesens bias terjadi pada individu tahap sel,seluruh
organ atau seluruh tumbuhan. Unsur pembuluh xylem dan sel gabus menua dan mati
sebelum mendapatkan fungsi khususnya. Daun musim gugur dan mahkota bunga yang
layu adalah contoh organ senesens. Tumbuhan tahunan menua dan mati setelah
berbunga. Pada proses penuaan yang telah banyak dipelajariyang dipengaruhi
horinon adalah pematangan buah dan pengguguran daun.
Beberapa
perubahan struktur dan metabolisme menyertai pematangan ovarium menjadi buah.
Diantara perubahan ini, termasuk juga perombakan dinding sel yang melunakkan
buah dan penurunan kandungan klorifil yang menyebabkan kehilangan warna
kehijauan, dapat dianggap sebagai proses penuaan. Etilen memicu dan mempercepat
perubahan tersebut, juga menyebabkan beberapa jenis buah yang matang jatuh dari
pohon.
Kehilangan
daun setiap musim gugur merupakan adaptasi pohon untuk menjaga agar dirinya
tidak mengalami kekeringan selama musim dingin karena akar tidak dapat menyerap
air tanah yang membeku. Sebelum daun gugur, banyak zat-zat nutrisi esensial
dialirkan ke jaringan penyimpanan dalam batang. Zat-zat nutrisi ini didaur
ulang kembali untuk membentuk daun pada musim semi berikutnya. Daun musim gugur
akan berhenti membuat klorofil yang baru sehingga kehilangan warna hijaunya.
Warna musim gugur adalah kombinasi pigmen yang barudibuat selama musim gugur
dan pigmen yang sebelumnya telah ada pada daun, akan tetapi diselubungi oleh
klorofil yang berwarna hijau gelap.
Absisi
dikontrol oleh perubahan keseimbangan etilen dan auksin. Auksin yang dihasilkan
oleh daun yang menua akan semakin sedikit. Pergeseran dalam keseimbangan
hormonal ini memperkuat tumbuhan itu sendiri karena sel dalam lapisan absisi
mulai menghasilkan tambahan absisi, yang menghambat sintesis auksin oleh daun.
Karena pengaruh etilen pada lapisan absisi masih ada, sel akan menghasilkan
enzim yang mencerna selulosa dan komponen lain pada dinding sel.
B. Fungsi Etilen
Fungsi utama dari gas etilen adalah berperan dalam proses
pematangan buah. Tapi, selain itu ada fungsi lain dari gas etilen yaitu :
2.
Merangsang
pertumbuhan akar dan batang
4.
Merangsang
absisi buah dan daun
5.
Merangsang
induksi bunga Bromiliad
6.
Induksi
sel kelamin betina pada bunga
7.
Merangsang
pemekaran bunga
8.
Bersama
auksin gas etilen dapat memacu perbungaan mangga dan nenas.
9.
Dengan
giberelin, gas etilen dapat mengatur perbandingan bunga jantan dan bunga betina
pada tumbuhan berumah satu.
C. Peranan Etilen
Di dalam proses fisiologis, etilen mempunyai peranan
penting. Wereing dan Phillips (1970) telah mengelompokan pengaruh etilen dalam fisiologi tanaman sbb:
- Mendukung respirasi klimacterik dan pematangan buah
- Mendukung epinasti
- Menghambat perpanjangan batang (elengation growth) dan akar pada beberapa species tanaman walaupun etilen ini dapat menstimulasi perpanjangan batang, coleoptyle dan mesocotyle pada tanaman tertentu, misalnya Colletriche dan padi.
- Menstimulasi perkecambahan
- Menstimulasi pertumbuhan secara isodiametrical lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan secara longitudinal
- Mendukung terbentuknya bulu-bulu akar
- Mendukung terjadinya abscission pada daun
- Mendukung proses pembungaan pada nanas
- Mendukung adanya flower fading dalam persarian anggrek
- Menghambat transportasi auxin secara basipetal dan lateral
- Mekanisme timbal balik secara teratur dengan adanya auxin yaitu konsentrasi auxin yang tinggi menyebabkan terbentuknya etilen. Tetapi kehadiran etilen menyebabkan rendahnya konsentrasi auxin di dalam jaringan. Hubungannya dengan konsentrasi auxin, hormon tumbuh ini menentukan pembentukan protein yang diperlukan dalam aktifitas pertumbuhan, sedangkan rendahnya konsentrasi auxin, akan mendukung protein yang akan mengkatalisasi sintesis etilen.
D. Cara Kerja Etilen
Struktur kimia etilen sangat sederhana yaitu terdiri dari 2
atom karbon (C) dan 4 atom hidrogen (H). Dengan rumus kimia C2H4.
Etilen diformulasikan dengan senyawa-senyawa lain, membentuk
formula misalnya etepon. Etepon adalah zat pengatur pertumbuhan tanaman yang bekerja
secara sistemik. Etepon dapat terdekomposisi menjadi etilen, fosfat dan ion
klorida saat dilarutkan dalam air pada pH diatas 4-5. Menurut Haryati (2003)
pemberian Etepon dapat merangsang pembungaan tanaman nanas sehingga tanaman
nanas dapat berbuah lebih cepat daripada tanaman yang tidak diberi Etepon.
Selain itu, penggunaan 2,5% (Dey et al. 2004) atau 2,02 % Etepon
(Nurkholis 2005) pada tanaman karet dapat meningkatkan hasil lateks. Sedangkan
LET 200 (etilen dalam bentuk gas) dapat meningkatkan produksi karet kering
sangat
nyata (Junaidi et al. 2007).
nyata (Junaidi et al. 2007).
Senyawa fenolik merupakan metabolit sekunder tanaman
serta komponen penting dalam kualitas sensoris dan nutrisi buah, sayuran, dan tanaman
lainnya. Senyawa ini memiliki cincin aromatik yang membawa satu atau lebih
gugus hidroksil dan strukturnya bervariasi mulai dari molekul fenolik sederhana
hingga polimer kompleks dengan massa molekul relatif yang tinggi.
Fenolik
adalah salah satu kelompok fitokimia yang banyak terdapat di alam, memiliki
fungsi fisiologis dan morfologis yang penting bagi tanaman. Sebagai kelompok
senyawa bioaktif terbanyak, fenolik mempunyai beragam peran biologis, diantaranya
sebagai fitoalexin, antifeedants, penarik untuk serangga penyebuk (pollinator),
mempengaruhi pigmentasi tanaman, sebagai antioksidan dan agensia pelindung
terhadap sinar ultra-violet (Naczk dan Shahidi, 2006).
Senyawa
fenolik tidak hanya mencakup molekul-molekul yang memiliki struktur polifenol
(yaitu beberapa gugus hidoksil pada cincin aromatis), tetapi juga molekul
dengan satu cincin fenol, misalnya asam fenolik dan alkohol fenolik. Polifenol
terbagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan jumlah cincin fenol yang
terkandung dan terikat pada cincin ini satu dengan yang lain. Kelompok utama
polifenol meliputi flavonoid, asam fenolik, tanin (hidrolisis dan kondensasi),
stilbena dan lignan. Saat ini terdapat lebih dari 8000 jenis polifenol yang
secara luas terdistribusi pada bagian daun, biji, batang kayu, dan bunga,
termasuk di dalamnya 4000 jenis flavonoid yang telah teridentifikasi dan
jumlahnya masih terus bertambah. Selanjutnya flavonoid dikelompokkan menjadi
antosianin, flavon, isoflavon, flavanon, flavonol dan flavanol.
Suatu fenol adalah suatu
senyawa dengan suatu gugus OH yang terikat pada cincin aromatic elektronik,
meskipun ikatan C-O fenol tidak mudah pecah, ikatan OH mudah putus. Fenol
merupakan asam yang lebih kuat dari alcohol dan air. Fenol sendiri bertahan
terhadap oksidasi, karena pembentukan suatu gugus karbonil akan mengakibatkan
dikarbonya penstabilan aromatik (Fessenden,
1982).
Gugus hidroksil adalah gugus
pengaktif yang kuat sehingga fenol akan mengalami reaksi substitusi elektronik
pada kondisi yang rusak sekalipun. Misalnya fenol dapat dinitrasi dengan
memperlakukannya dengan asam nitrat encer dan akan memberikan paling banyak
isomer nitrofenol (Siregar, 1988).
B. Peranan senyawa
fenolik
Senyawa fenolik sangat penting untuk
pertumbuhan dan reproduksi tanaman, dan diproduksi sebagai respon untuk
mempertahankan tanaman cedera terhadap patogen.
Selain membuat sel-sel kuat dan
pembusukan-tahan, asam phenolic yang paling penting manfaat anti-penuaan
berhubungan dengan anti-oksidan mengurangi aktivitas dan mencegah pertumbuhan
sel abnormal.
Asam fenolat juga diketahui berguna
dalam mengendalikan peradangan, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan
meningkatkan sirkulasi darah, semua yang menghasilkan signifikan manfaat anti
penuaan dalam tubuh.
Senyawa fenolik telah dibagi menjadi
tiga kategori utama: asam fenolik, flavonoid, dan tannin (Chung et al 1998). Asam
fenolik adalah turunan dari benzoat atau sinamat asam (Gambar 2). Flavonoid
terdiri dari dua unit: sebuah fragmen C6-C3 dan C6 dari sinamat sebuah fragmen
dari malonyl-CoA. Kelompok-kelompok utama flavonoid dalam sorgum adalah
flavans- flavan-3-en-3-OLS dengan ikatan rangkap antara C3 dan C4 dan C3 yang
terhidroksilasi pada anthocyanidins. Tanin adalah polimer dari 5-7 flavan-3-ol
unit (katekin) dihubungkan melalui asam labil karbon-karbon ikatan (Hahn et al
1984;. Mehansho et al 1987b;. Butler 1990).
C. Senyawa fenolik:
1. Senyawa fenol sederhana
2. Neolignan, Lignin
3. Stilbena
4. Naftokinon
5. Antrakinon
6. Flavonoid
7. Antosian
8. Tanin
9. Kumarin
10. Kromon & Xanton
D. Cara
Kerja Fenolik
Fenolik merupakan senyawa yang
banyak ditemukan pada tumbuhan. Fenolik memiliki cincin aromatik dengan satu
atau lebih gugus hidroksi (OH-) dan gugus-gugus lain penyertanya. Senyawa ini
diberi nama berdasarkan nama senyawa induknya, fenol. Senyawa fenol kebanyakan
memiliki gugus hidroksi lebih dari satu sehingga disebut sebagai polifenol.
Fenol biasanya dikelompokkan berdasarkan jumlah atom karbon pada kerangka
penyusunnya. Kelompok terbesar dari senyawa fenolik adalah flavonoid, yang
merupakan senyawa yang secara umum dapat ditemukan pada semua jenis tumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi I. 2008. Peranan dan Fungsi
Fitohormon bagi Pertumbuhan Tanaman.
Universitas Padjadjaran Bandung.
Universitas Padjadjaran Bandung.
Ganggus, Arianto. 2010. http://ariantoganggus.blogspot.com/2010/01/horrmon-
ethylen.html
ethylen.html
Lakitan, B. 1993. Dasar-dasar
Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Hal : 58 – 60
Hal : 58 – 60
Salisbury, F.B dan Ross, C.W.
(Terjemah). 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung :
ITB.
ITB.
Subandi, J. 1983. Pertumbuhan dan
perkembangan Tanaman. Fakulas Pertanian
UGM.
UGM.
0 comments:
Post a Comment